Wednesday, February 29, 2012

Can Asians Think? part2


      Mungkin jawaban yang paling bijak adalah “barangkali” bagi bangsa indonesia, khususnya tahun 1998 adalah puncak kerusakan ekonomi dan awal ketidak stabilan politik, thailand dan malaysia cepat bangkit dari krisis ekonomi, sedangkan indonesia   masih terpuruk.
Setidaknya sebelum kita menghakimi “ya” atau “tidak” dan memutuskan bahwa mungkin adalah jawaban yang agak bijak dan lebih rasiaonal marilah kita perhatikan dengan seksama 5 butiryang di ajukan oleh mahbubani untuk di pikirkan.
  1. Selalin jepang ada beberapa negara asia yang betul-betul yakin akan berhasil menempatkan dirinya sejajar dengan bangsa eropa dalam aspek segala pembangunan. Ada aspek X di luar aspek ekonomi yang sulit di kontrol siapa yang menyangka bahwa ekonomi asia akan terguncang pada tahun 1998 lalu?  Dan indonesia tidak mampu mengatasi/mengantisipasi aspek X tersebut
  2. Bangsa asia masih memerlukan waktu yang cukup lama untuk membenahi persoalan dalam negeri sebelum mencapai kesetabilan dan keharmonisan politik seperti yang di capai eropa kini, sedikit sekali kemungkinan adanya kudeta di eropa karena mereka telah dewasa dalam berpolitik .........sementara itu kita asia, khususnya indonesia masih sedang belajar demokrasi.
  3. Dari sisi keamanan eropa jauh lebih beruntung daripada bangsa lain didunia ini bagi mereka perang antar negara adalah sejarah masa silam, eropa sudah kenyang dengan pengalaman perang, motivasi untuk berdamai mereka memang sangat kompleks, antara lain kesadaran jumlah warga etnis yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah popualsi dunia, dan karena mereka merasa memiliki peradaban yang sama
  4. Asia menghadapi tantangan sosial yang maha berat revolusi industri menyebabkan eropa mengalami dislokasi sosial sehingga akar-akar feodalisme dibenua itu secara berangsur tercabut. Akan sulit lagi bagi asia “sekali lagi” khisusnya indonesia mengikis feodalisme dan menegakkan sistem meritokrasi, yakni pemberdayaan dan pengahrgaan terhadap individu berdasarkan prestasinya................                                                           
karena berakarnya tradisi KKN dan tidak tegaknya sistem meritokrasi, banyak otak cemerlang di tumpulkan oleh mesin birokrasi, sehingga mereka lari ke luar  negeri. Fenomena “brain drain” ini banyak terjadi di india, dan sekarang sudah mengenjala di indonesua banyak ilmuan muda dengan gelar PhD hengkang dan memilih bekerja dimalaysia dan singapura
  1. Mungkin yang paling mendasar untuk ditanyakan: apa otak bangsa asia akan siap melakukan sinerji timur-barat, yaitu mempertahankan nilai-nilai tradisional asia (keterkaitan keluarga, hormat terhasap kepentingan masyarakat traditional,konservatisme, hormat terhadap penguasa jam karet,dansebagainya) pada waktu bersamaan menyerap nilai-nilai kultural barat (individualisme, kebebasan politik, ekonomi, horamat terhadap peraturan, disiplin waktu dan sebagainya)
Setelah kita melihat parameter yang diajukan mahbubani seperti diatas, nampaknya sulit bagi idonesia untuk mengejar eropa, minimal jepang. Alasanya bukan karena bangsa ini tidak memiliki SDM yang cerdas dan berpendidikan Eropa, tapi budaya bangsa ini yang masih sangat perkasa, sehingga keputusan-keputusan nalar cendrung dikalahkan kekuatan emosional, seperti motivasi kelurga, etnis dan primordial

No comments:

Post a Comment